Astronomi
Astronomi ialah cabang ilmu alam
yang melibatkan pengamatan benda-benda
langit (seperti halnya bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang,
atau galaksi)
serta fenomena-fenomena
alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi (misalnya radiasi latar belakang kosmik (radiasi CMB)). Ilmu
ini secara pokok mempelajari pelbagai sisi dari benda-benda langit — seperti
asal-usul, sifat fisika/kimia, meteorologi,
dan gerak —
dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam
semesta.
Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua,
sebagaimana diketahui dari artifak-artifak astronomis yang berasal dari era
prasejarah; misalnya monumen-monumen dari Mesir
dan Nubia,
atau Stonehenge
yang berasal dari Britania.
Orang-orang dari peradaban-peradaban awal semacam Babilonia, Yunani, Cina, India, dan Maya
juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam.
Akan tetapi meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat
berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.
Cukup banyak cabang-cabang ilmu yang pernah turut
disertakan sebagai bagian dari astronomi, dan apabila diperhatikan, sifat
cabang-cabang ini sangat beragam: dari astrometri, pelayaran berbasis angkasa,
astronomi observasional, sampai dengan penyusunan kalender
dan astrologi.
Meski demikian, dewasa ini astronomi profesional dianggap identik dengan astrofisika.
Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi
dua cabang: astronomi observasional
dan astronomi teoretis. Yang pertama
melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang
kemudian akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika. Yang kedua
terpusat pada upaya pengembangan model-model komputer/analitis guna menjelaskan
sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. Adapun
kedua cabang ini bersifat komplementer — astronomi teoretis berusaha untuk
menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan astronomi observasional
kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh astronomi
teoretis.
Astronom-astronom amatir telah dan terus
berperan penting dalam banyak penemuan-penemuan astronomis, menjadikan
astronomi salah satu dari hanya sedikit ilmu pengetahuan di mana tenaga amatir
masih memegang peran aktif, terutama pada penemuan dan pengamatan fenomena-fenomena
sementara.
Astronomi harus dibedakan dari astrologi, yang
merupakan kepercayaan bahwa nasib dan urusan manusia berhubungan dengan letak
benda-benda langit seperti bintang atau rasinya. Memang betul bahwa dua bidang
ini memiliki asal-usul yang sama, namun pada saat ini keduanya sangat berbeda.
Leksikologi
Kata astronomi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu kata astron (ἄστρον, "bintang") yang kemudian diberi
akhiran -nomi dari nomos (νόμος, "hukum" atau
"budaya"). Maka secara harafiah ia bermakna "hukum/budaya
bintang-bintang".
Penggunaan istilah "astronomi"
dan "astrofisika"
Secara umum baik "astronomi" maupun
"astrofisika" boleh digunakan untuk menyebut ilmu yang sama. Apabila hendak
merujuk ke definisi-definisi kamus yang baku, "astronomi" bermakna
"penelitian benda-benda langit dan materi di luar atmosfer Bumi serta
sifat-sifat fisika dan kimia benda-benda dan materi tersebut. sedang "astrofisika" adalah cabang
dari astronomi yang berurusan dengan "tingkah laku, sifat-sifat fisika,
serta proses-proses dinamis dari benda-benda dan fenomena-fenomena langit"
Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pada pembukaan
buku The Physical Universe oleh Frank Shu,
"astronomi" boleh dipergunakan untuk sisi kualitatif dari ilmu ini,
sedang "astrofisika" untuk sisi lainnya yang lebih berorientasi
fisika. Namun demikian, penelitian-penelitian astronomi modern kebanyakan
berurusan dengan topik-topik yang berkenaan dengan fisika, sehingga bisa saja
kita mengatakan bahwa astronomi modern adalah astrofisika. Banyak badan-badan
penelitian yang, dalam memutuskan menggunakan istilah yang mana, hanya
bergantung dari apakah secara sejarah mereka berafiliasi dengan
departemen-departemen fisika atau tidak. Astronom-astronom
profesional sendiri banyak yang memiliki gelar di bidang fisika. Untuk
ilustrasi lebih lanjut, salah satu jurnal ilmiah terkemuka pada cabang ilmu ini
bernama Astronomy and Astrophysics
(Astronomi dan Astrofisika).
Sejarah
Pada awalnya, astronomi hanya melibatkan pengamatan
beserta prediksi atas gerak-gerik benda-benda langit yang terlihat dengan mata
telanjang. Pada beberapa situs seperti Stonehenge, peradaban-peradaban awal
juga menyusun artifak-artifak yang diduga memiliki kegunaan astronomis. Observatorium-observatorium
purba ini jamaknya bertujuan seremonial, namun dapat juga dimanfaatkan untuk
menentukan musim, cuaca, dan iklim — sesuatu yang wajib diketahui apabila ingin
bercocok tanam — atau memahami panjang tahun.
Sebelum ditemukannya peralatan seperti teleskop,
penelitian harus dilakukan dari atas bangunan-bangunan atau dataran yang
tinggi, semua dengan mata telanjang. Seiring dengan berkembangnya peradaban,
terutama di Mesopotamia, Cina, Mesir, Yunani, India, dan Amerika Tengah, orang-orang
mulai membangun observatorium dan gagasan-gagasan mengenai sifat-sifat semesta
mulai ramai diperiksa. Umumnya, astronomi awal disibukkan dengan pemetaan
letak-letak bintang dan planet (sekarang disebut astrometri),
kegiatan yang akhirnya melahirkan teori-teori tentang pergerakan benda-benda
langit dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk menjelaskan asal-usul Matahari, Bulan, dan Bumi. Bumi kemudian
dianggap sebagai pusat jagat raya, sedang Matahari, Bulan, dan bintang-bintang
berputar mengelilinginya; model semacam ini dikenal sebagai model geosentris,
atau sistem Ptolemaik (dari nama astronom Romawi-Mesir Ptolemeus).
Dimulainya astronomi yang berdasarkan perhitungan
matematis dan ilmiah dulu dipelopori oleh orang-orang Babilonia. Mereka
menemukan bahwa gerhana bulan
memiliki sebuah siklus yang teratur, disebut siklus saros.
Mengikuti jejak astronom-astronom Babilonia, kemajuan demi kemajuan kemudian
berhasil dicapai oleh komunitas astronomi Yunani Kuno dan negeri-negeri
sekitarnya. Astronomi Yunani sedari awal memang bertujuan untuk menemukan
penjelasan yang rasional dan berbasis fisika untuk fenomena-fenomena angkasa.
Pada abad ke-3 SM, Aristarkhos
dari Samos melakukan perhitungan atas ukuran Bumi serta jarak
antara Bumi dan Bulan, dan kemudian mengajukan model Tata Surya yang heliosentris —
pertama kalinya dalam sejarah. Pada abad ke-2 SM, Hipparkhos
berhasil menemukan gerak presesi, juga menghitung
ukuran Bulan dan Matahari serta jarak antara keduanya, sekaligus membuat
alat-alat penelitian astronomi paling awal seperti astrolab.
Mayoritas penyusunan rasi bintang di belahan utara sekarang masih didasarkan
atas susunan yang diformulasikan olehnya melalui katalog yang waktu itu
mencakup 1.020 bintang. Mekanisme Antikythera yang terkenal (ca.
150-80 SM) juga berasal dari periode yang sama: komputer analog
yang digunakan untuk menghitung letak Matahari/Bulan/planet-planet pada tanggal
tertentu ini merupakan barang paling kompleks dalam sejarah sampai abad ke-14,
ketika jam-jam astronomi mulai bermunculan di
Eropa.
Di Eropa sendiri selama Abad Pertengahan
astronomi sempat mengalami kebuntuan dan stagnansi. Sebaliknya, perkembangan
pesat terjadi di dunia Islam
dan beberapa peradaban lainnya, ditandai dengan dibangunnya
observatorium-observatorium di belahan dunia sana pada awal abad ke-9. Pada
tahun 964, astronom Persia Al-Sufi menemukan Galaksi Andromeda (galaksi
terbesar di Grup Lokal) dan mencatatnya
dalam Book of Fixed Stars (Kitab Suwar
al-Kawakib). Supernova SN 1006,
ledakan bintang paling terang
dalam catatan sejarah, berhasil diamati oleh astronom Mesir Ali bin Ridwan dan sekumpulan
astronom Cina yang terpisah pada tahun yang sama (1006 M). Astronom-astronom
besar dari era Islam ini kebanyakan berasal dari Persia dan Arab, termasuk Al-Battani, Tsabit bin Qurrah,
Al-Sufi, Ibnu Balkhi, Al-Biruni, Al-Zarqali, Al-Birjandi, serta
astronom-astronom dari observatorium-observatorium di Maragha dan Samarkand.
Melalui era inilah nama-nama bintang yang berdasarkan bahasa Arab
diperkenalkan. Reruntuhan-reruntuhan di Zimbabwe Raya
dan Timbuktu juga kemungkinan sempat memiliki bangunan-bangunan
observatorium — melemahkan keyakinan sebelumnya bahwa tidak ada
pengamatan astronomis di daerah sub-Sahara
sebelum era kolonial.
Revolusi ilmiah
Pada Zaman Renaisans, Copernicus
menyusun model Tata Surya
heliosentris, model yang kemudian dibela dari kontroversi, dikembangkan, dan
dikoreksi oleh Galileo
dan Kepler.
Galileo berinovasi dengan teleskop guna mempertajam pengamatan astronomis,
sedang Kepler berhasil menjadi ilmuwan pertama yang menyusun secara tepat dan
mendetail pergerakan planet-planet dengan Matahari sebagai pusatnya. Meski
demikian, ia gagal memformulasikan teori untuk menjelaskan hukum-hukum yang ia
tuliskan, sampai akhirnya Newton
(yang juga menemukan teleskop refleksi untuk pengamatan
langit) menjelaskannya melalui dinamika
angkasa dan hukum gravitasi.
Seiring dengan semakin baiknya ukuran dan kualitas
teleskop, semakin banyak pula penemuan-penemuan lebih lanjut yang terjadi.
Melalui teknologi ini Lacaille berhasil mengembangkan katalog-katalog bintang yang
lebih lengkap; usaha serupa juga dilakukan oleh astronom Jerman-Inggris Herschel dengan memproduksi
katalog-katalog nebula dan gugusan. Pada tahun 1781 ia menemukan planet Uranus, planet pertama yang ditemui di
luar planet-planet klasik. Pengukuran jarak menuju sebuah bintang pertama kali
dipublikasikan pada 1838 oleh Bessel,
yang pada saat itu melakukannya melalui pengukuran paralaks
dari 61 Cygni.
Abad ke-18 sampai abad ke-19 pertama diwarnai oleh
penelitian atas masalah tiga-badan oleh Euler, Clairaut, dan D'Alembert;
penelitian yang menghasilkan metode prediksi yang lebih tepat untuk pergerakan
Bulan dan planet-planet. Pekerjaan ini dipertajam oleh Lagrange
dan Laplace,
sehingga memungkinkan ilmuwan untuk memperkirakan massa planet dan satelit
lewat perturbasi/usikannya. Penemuan spektroskop
dan fotografi
kemudian mendorong kemajuan penelitian lagi: pada 1814-1815, Fraunhoffer menemukan lebih
kurang 600 pita spektrum pada Matahari, dan pada 1859 Kirchhoff
akhirnya bisa menjelaskan fenomena ini dengan mengatribusikannya pada
keberadaan unsur-unsur. Pada masa ini bintang-bintang dikonfirmasikan sebagai
Matahari-matahari lain yang lebih jauh letaknya, namun dengan
perbedaan-perbedaan pada suhu, massa, dan ukuran.
Baru pada abad ke-20 Galaksi Bima Sakti
(di mana Bumi
dan Matahari
berada) bisa dibuktikan sebagai kelompok bintang yang terpisah dari
kelompok-kelompok bintang lainnya. Dari pengamatan-pengamatan yang sama disimpulkan
pula bahwa ada galaksi-galaksi lain di luar Bima Sakti dan bahwa alam semesta
terus mengembang, sebab galaksi-galaksi tersebut terus menjauh dari galaksi
kita. Astronomi modern juga menemukan dan berusaha menjelaskan benda-benda
langit yang asing seperti kuasar, pulsar, blazar, galaksi-galaksi radio, lubang hitam,
dan bintang neutron. Kosmologi fisik
maju dengan pesat sepanjang abad ini: model Dentuman Besar (Big
Bang) misalnya, telah didukung oleh bukti-bukti astronomis dan fisika yang
kuat (antara lain radiasi CMB, hukum Hubble,
dan ketersediaan
kosmologis unsur-unsur).
Astronomi observasional
Seperti diketahui, astronomi memerlukan informasi
tentang benda-benda
langit, dan sumber informasi yang paling utama sejauh ini
adalah radiasi elektromagnetik,
atau lebih spesifiknya, cahaya tampak.
Astronomi observasional bisa dibagi lagi menurut daerah-daerah spektrum elektromagnetik yang diamati:
sebagian dari spektrum tersebut bisa diteliti melalui permukaan Bumi, sementara bagian lain hanya
bisa dijangkau dari ketinggian tertentu atau bahkan hanya dari ruang angkasa.
Keterangan lebih lengkap tentang pembagian-pembagian ini bisa dilihat di bawah:
Astronomi radio
Astronomi observasional jenis ini mengamati radiasi
dengan panjang
gelombang yang lebih dari satu milimeter (perkiraan). Berbeda
dengan jenis-jenis lainnya, astronomi observasional tipe radio mengamati
gelombang-gelombang yang bisa diperlakukan selayaknya gelombang,
bukan foton-foton
yang diskrit. Dengan demikian pengukuran fase dan amplitudonya
relatif lebih gampang apabila dibandingkan dengan gelombang yang lebih pendek.
Gelombang
radio bisa dihasilkan oleh benda-benda astronomis melalui pancaran termal,
namun sebagian besar pancaran radio yang diamati dari Bumi adalah berupa radiasi sinkrotron, yang diproduksi
ketika elektron-elektron
berkisar di sekeliling medan magnet.
Sejumlah garis spektrum yang dihasilkan dari
gas antarbintang (misalnya garis
spektrum hidrogen
pada 21 cm) juga dapat diamati pada panjang gelombang radio.
Beberapa contoh benda-benda yang bisa diamati oleh
astronomi radio: supernova,
gas antarbintang, pulsar,
dan inti galaksi aktif (AGN - active
galactive nucleus).
Astronomi inframerah
Astronomi inframerah melibatkan pendeteksian beserta
analisis atas radiasi inframerah
(radiasi di mana panjang gelombangnya melebihi cahaya merah). Sebagian besar
radiasi jenis ini diserap oleh atmosfer Bumi, kecuali yang panjang gelombangnya
tidak berbeda terlampau jauh dengan cahaya merah yang tampak. Oleh sebab itu,
observatorium yang hendak mengamati radiasi inframerah harus dibangun di
tempat-tempat yang tinggi dan tidak lembap, atau malah di ruang angkasa.
Spektrum ini bermanfaat untuk mengamati benda-benda yang
terlalu dingin untuk memancarkan cahaya tampak, misalnya planet-planet atau cakram-cakram pengitar bintang.
Apabila radiasinya memiliki gelombang yang cenderung lebih panjang, ia dapat
pula membantu para astronom mengamati bintang-bintang muda pada awan-awan molekul
dan inti-inti galaksi — sebab radiasi seperti itu mampu menembus debu-debu yang
menutupi dan mengaburkan pengamatan astronomis. Astronomi inframerah juga bisa
dimanfaatkan untuk mempelajari struktur kimia benda-benda angkasa, karena
beberapa molekul memiliki pancaran yang kuat pada panjang gelombang ini. Salah
satu kegunaannya yaitu mendeteksi keberadaan air pada komet-komet.
Astronomi optikal
Teleskop Subaru (kiri) dan Observatorium Keck (tengah) di Mauna Kea,
keduanya contoh observatorium yang bisa mengamati baik cahaya tampak atau
cahaya hampir-inframerah. Di kanan adalah Fasilitas Teleskop Inframerah NASA,
yang hanya beroperasi pada panjang gelombang hampir-inframerah.
Dikenal juga sebagai astronomi cahaya tampak,
astronomi optikal mengamati radiasi elektromagnetik yang tampak oleh mata
telanjang manusia. Oleh sebab itu, ini merupakan cabang yang paling tua, karena
tidak memerlukan peralatan. Mulai dari penghujung abad ke-19 sampai kira-kira
seabad setelahnya, citra-citra astronomi optikal memakai teknik fotografis,
namun sebelum itu mereka harus digambar menggunakan tangan. Dewasa ini
detektor-detektor digitallah yang dipergunakan, terutama yang memakai CCD (charge-coupled
devices, peranti tergandeng-muatan).
Cahaya tampak sebagaimana diketahui memiliki panjang
dari 4.000 Å
sampai 7.000 Å (400-700 nm).
Namun demikian, alat-alat pengamatan yang dipakai untuk mengamati panjang
gelombang demikian dipakai pula untuk mengamati gelombang hampir-ultraungu
dan hampir-inframerah.
Astronomi ultraungu
Ultraungu
yaitu radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih kurang 100 sampai
3.200 Å (10-320 nm). Cahaya dengan panjang seperti ini diserap oleh atmosfer
Bumi, sehingga untuk mengamatinya harus dilakukan dari lapisan atmosfer bagian
atas, atau dari luar atmosfer (ruang angkasa). Astronomi jenis ini cocok untuk
mempelajari radiasi termal dan garis-garis spektrum pancaran dari bintang-bintang
biru yang bersuhu sangat tinggi (klasifikasi
OB), sebab bintang-bintang seperti itu sangat cemerlang
radiasi ultraungunya — penelitian seperti ini sering dilakukan dan mencakup
bintang-bintang yang berada di galaksi-galaksi lain. Selain bintang-bintang OB,
benda-benda langit yang kerap diamati melalui astronomi cabang ini antara lain nebula-nebula planet, sisa-sisa supernova, atau inti-inti
galaksi aktif. Diperlukan penyetelan yang berbeda untuk keperluan seperti
demikian sebab cahayanya mudah tertelan oleh debu-debu antarbintang.
Astronomi sinar-X
Benda-benda bisa memancarkan cahaya berpanjang
gelombang sinar-X
melalui pancaran sinkrotron (berasal dari
elektron-elektron yang berkisar di sekeliling medan magnet) atau melalui
pancaran termal gas pekat
dan gas encer
pada 107 K. Sinar-X juga diserap oleh atmosfer,
sehingga pengamatan harus dilakukan dari atas balon, roket, atau satelit
penelitian. Sumber-sumber sinar-X antara lain bintang biner
sinar-X (X-ray binary), pulsar, sisa-sisa supernova, galaksi elips, gugusan galaksi, serta inti galaksi
aktif.
Astronomi sinar-gamma
Astronomi sinar-gamma mempelajari benda-benda
astronomi pada panjang gelombang paling pendek (sinar-gamma).
Sinar-gamma bisa diamati secara langsung melalui satelit-satelit seperti Observatorium Sinar-Gamma Compton
(CGRO), atau dengan jenis teleskop khusus yang disebut teleskop Cherenkov (IACT). Teleskop jenis itu
sebetulnya tidak mendeteksi sinar-gamma, tapi mampu mendeteksi percikan cahaya
tampak yang dihasilkan dari proses penyerapan sinar-gamma oleh atmosfer.
Kebanyakan sumber sinar-gamma hanyalah berupa ledakan
sinar-gamma, yang hanya menghasilkan sinar tersebut dalam
hitungan milisekon sampai beberapa puluh detik saja. Sumber yang permanen dan
tidak sementara hanya sekitar 10% dari total jumlah sumber, misalnya
sinar-gamma dari pulsar, bintang neutron, atau inti galaksi
aktif dan kandidat-kandidat lubang hitam.[
Cabang-cabang yang tidak berdasarkan
panjang gelombang
Sejumlah fenomena jarak jauh lain yang berbentuk
selain radiasi elektromagnetik dapat diamati dari Bumi. Ada cabang bernama astronomi neutrino, di mana para
astronom menggunakan fasilitas-fasilitas bawah tanah
(misalnya SAGE, GALLEX, atau Kamioka II/III) untuk mendeteksi neutrino,
sebentuk partikel
dasar yang jamaknya berasal dari Matahari
atau ledakan-ledakan supernova.
Ketika sinar-sinar
kosmik memasuki atmosfer Bumi, partikel-partikel berenergi
tinggi yang menyusunnya akan meluruh atau terserap, dan partikel-partikel hasil
peluruhan ini bisa dideteksi di observatorium. Di masa yang akan datang,
diharapkan akan ada detektor neutrino yang peka terhadap
partikel-partikel yang lahir dari benturan sinar-sinar kosmik dan atmosfer.
Terdapat pula cabang baru yang menggunakan
detektor-detektor gelombang gravitasional untuk mengumpulkan data tentang
benda-benda rapat: astronomi gelombang gravitasional.
Observatorium-observatorium untuk bidang ini sudah mulai dibangun, contohnya
observatorium LIGO di Louisiana, AS. Tetapi astronomi
seperti ini sulit, sebab gelombang gravitasional
amat sukar untuk dideteksi.
Ahli-ahli astronomi planet juga banyak yang mengamati
fenomena-fenomena angkasa secara langsung, yaitu melalui wahana-wahana
antariksa serta misi-misi pengumpulan sampel. Beberapa hanya bekerja dengan
sensor jarak jauh untuk mengumpulkan data, tapi beberapa lainnya melibatkan
pendaratan —dengan kendaraan antariksa yang mampu bereksperimen di atas
permukaan. Metode-metode lain misalnya detektor material terbenam atau
melakukan eksperimen langsung terhadap sampel yang dibawa ke Bumi sebelumnya.
Astrometri dan mekanika benda langit
Pengukuran letak benda-benda langit, seperti
disebutkan, adalah salah satu cabang astronomi (dan bahkan sains) yang paling
tua. Kegiatan-kegiatan seperti pelayaran
atau penyusunan kalender
memang sangat membutuhkan pengetahuan yang akurat mengenai letak Matahari,
Bulan, planet-planet, serta bintang-bintang di langit.
Dari proses pengukuran seperti ini dihasilkan
pemahaman yang baik sekali tentang usikan gravitasi dan pada akhirnya
astronom-astronom dapat menentukan letak benda-benda langit dengan tepat pada
masa lalu dan masa depan — cabang astronomi yang mendalami bidang ini dikenal
sebagai mekanika
benda langit. Dewasa ini penjejakan atas benda-benda yang dekat dengan Bumi
juga memungkinkan prediksi-prediksi akan pertemuan dekat, atau bahkan benturan.
Kemudian terdapat pengukuran paralaks
bintang. Pengukuran ini sangat penting karena memberi nilai basis dalam metode tangga jarak kosmik; melalui metode ini
ukuran dan skala alam semesta bisa diketahui. Pengukuran paralaks bintang yang
relatif lebih dekat juga bisa dipakai sebagai basis absolut untuk ciri-ciri
bintang yang lebih jauh, sebab ciri-ciri di antara mereka dapat dibandingkan. Kinematika
mereka lalu bisa kita susun lewat pengukuran kecepatan radial
serta gerak diri
masing-masing. Hasil-hasil astrometri dapat pula dimanfaatkan untuk pengukuran materi gelap di
dalam galaksi.[43]
Selama dekade 1990-an, teknik pengukuran goyangan bintang dalam astrometri
digunakan untuk mendeteksi keberadaan planet-planet luar surya
yang mengelilingi bintang-bintang di dekat Matahari kita.
Astronomi teoretis
Terdapat banyak jenis-jenis metode dan peralatan yang
bisa dimanfaatkan oleh seorang astronom teoretis, antara lain model-model analitik (misalnya politrop untuk memperkirakan
perilaku sebuah bintang)
dan simulasi-simulasi
numerik komputasional;
masing-masing dengan keunggulannya sendiri. Model-model analitik umumnya lebih
baik apabila peneliti hendak mengetahui pokok-pokok persoalan dan mengamati apa
yang terjadi secara garis besar; model-model numerik bisa mengungkap keberadaan
fenomena-fenomena serta efek-efek yang tidak mudah terlihat.
Para teoris berupaya untuk membuat model-model
teoretis dan menyimpulkan akibat-akibat yang dapat diamati dari model-model
tersebut. Ini akan membantu para pengamat untuk mengetahui data apa yang harus
dicari untuk membantah suatu model, atau memutuskan mana yang benar dari
model-model alternatif yang bertentangan. Para teoris juga akan mencoba
menyusun model baru atau memperbaiki model yang sudah ada apabila ada data-data
baru yang masuk. Apabila terjadi pertentangan/inkonsistensi, kecenderungannya
adalah untuk membuat modifikasi minimal pada model yang bersangkutan untuk
mengakomodir data yang sudah didapat. Kalau pertentangannya terlalu banyak,
modelnya bisa dibuang dan tidak digunakan lagi.
Topik-topik yang dipelajari oleh astronom-astronom
teoretis antara lain: dinamika dan evolusi
bintang-bintang; formasi galaksi; struktur
skala besar materi di
alam semesta;
asal-usul sinar kosmik; relativitas umum;
dan kosmologi
fisik (termasuk kosmologi dawai
dan fisika astropartikel). Relativitas
astrofisika dipakai untuk mengukur ciri-ciri struktur skala besar, di mana ada
peran yang besar dari gaya gravitasi; juga sebagai dasar dari fisika lubang
hitam dan penelitian gelombang gravitasional.
Beberapa model/teori yang sudah diterima dan
dipelajari luas yaitu teori Dentuman Besar, inflasi kosmik, materi gelap,
dan teori-teori fisika
fundamental. Kelompok model dan teori ini sudah diintegrasikan dalam model Lambda-CDM.
Beberapa contoh proses:
Proses fisik
|
Alat eksperimen
|
Model teoretis
|
Yang dijelaskan/diprediksi
|
Efek Nordtvedt (sistem gravitasi
yang mandiri)
|
Lahirnya sebuah tata bintang
|
||
Dentuman
Besar (Big Bang)
|
|||
Masalah kerataan alam semesta
(flatness problem)
|
|||
Siklus CNO
pada bintang-bintang
|
Wacana yang tengah hangat dalam astronomi pada
beberapa tahun terakhir adalah materi gelap
dan energi gelap —
penemuan dan kontroversi mengenai topik-topik ini bermula dari penelitian atas
galaksi-galaksi.
Cabang-cabang spesifik
Astronomi surya
Matahari adalah bintang yang terdekat dari Bumi pada
sekitar 8 menit cahaya, dan yang paling sering diteliti; ia merupakan bintang katai
pada deret utama
dengan klasifikasi G2
V dan usia sekitar 4,6 milyar tahun. Walau tidak sampai tingkat bintang variabel,
Matahari mengalami sedikit perubahan cahaya melalui aktivitas yang dikenal
sebagai siklus bintik
Matahari — fluktuasi pada angka bintik-bintik Matahari
selama sebelas tahun. Bintik Matahari ialah daerah dengan suhu yang lebih
rendah dan aktivitas magnetis yang hebat.
Luminositas
Matahari terus bertambah kuat secara tetap sepanjang hidupnya, dan sejak
pertama kali menjadi bintang deret utama sudah bertambah sebanyak 40%. Matahari
juga telah tercatat melakukan perubahan periodik dalam luminositas, sesuatu
yang bisa menyebabkan akibat-akibat yang signifikan atas kehidupan di atas
Bumi. Misalnya periode minimum Maunder, yang sampai
menyebabkan fenomena zaman es kecil pada Abad Pertengahan.
Permukaan luar Matahari yang bisa kita lihat disebut fotosfer.
Di atasnya ada lapisan tipis yang biasanya tidak terlihat karena terangnya
fotosfer, yaitu kromosfer.
Di atasnya lagi ada lapisan transisi di mana suhu bisa naik secara cepat, dan
di atasnya terdapatlah korona
yang sangat panas.
Di tengah-tengah Matahari ialah daerah inti; ada
tingkat suhu dan tekanan yang cukup di sini sehingga fusi nuklir
dapat terjadi. Di atasnya terdapat zona radiatif;
di sini plasma akan menghantarkan panas melalui proses radiasi. Di atas zona radiatif
adalah zona konvektif; materi gas di zona ini akan menghantarkan energi
sebagian besar lewat pergerakan materi gas itu sendiri. Zona inilah yang
dipercaya sebagai sumber aktivitas magnetis penghasil bintik-bintik Matahari.
Terdapat angin surya berupa partikel-partikel plasma
yang bertiup keluar dari Matahari secara terus-menerus sampai mencapai titik heliopause.
Angin ini bertemu dengan magnetosfer
Bumi dan membentuk sabuk-sabuk radiasi Van Allen
dan — di mana garis-garis medan magnet Bumi turun menujur atmosfer —
menghasilkan aurora.
Ilmu keplanetan
Cabang astronomi ini meneliti susunan planet, bulan, planet katai, komet, asteroid,
serta benda-benda langit lain yang mengelilingi bintang, terutama Matahari,
walau ilmu ini meliputi juga planet-planet luar surya. Tata Surya
kita sendiri sudah dipelajari secara mendalam — pertama-tama melalui teleskop
dan kemudian menggunakan wahana-wahana antariksa —
sehingga pemahaman sekarang mengenai formasi dan evolusi sistem keplanetan ini
sudah sangat baik, walaupun masih ada penemuan-penemuan baru yang terjadi.
Titik hitam di atas ialah sebuah setan debu (dust devil)
yang tengah memanjat suatu kawah di Mars. Ini serupa dengan tornado
yang berpilin dan berpindah-pindah, menghasilkan "ekor" yang panjang
dan gelap. Citra oleh NASA.
Tata Surya dibagi menjadi beberapa kelompok:
planet-planet bagian dalam, sabuk asteroid,
dan planet-planet bagian luar. Planet-planet bagian dalam adalah planet-planet bersifat kebumian
yaitu Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Planet-planet bagian luar
adalah raksasa-raksasa
gas Tata Surya yaitu Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.[53]
Apabila kita pergi lebih jauh lagi, maka akan ditemukan benda-benda
trans-Neptunus: pertama sabuk Kuiper
dan akhirnya awan Oort
yang bisa membentang sampai satu tahun cahaya.
Terbentuknya planet-planet bermula pada sebuah cakram
protoplanet yang mengitari Matahari pada periode-periode awalnya.
Dari cakram ini terwujudlah gumpalan-gumpalan materi melalui proses yang
melibatkan tarikan gravitasi, benturan, dan akresi; gumpalan-gumpalan ini
kemudian lama-kelamaan menjadi kumpulan protoplanet. Karena tekanan radiasi dari angin surya
terus mendorong materi-materi yang belum menggumpal, hanya planet-planet yang
massanya cukup besar yang mampu mempertahankan atmosfer berbentuk gas.
Planet-planet muda ini terus menyapu dan memuntahkan materi-materi yang
tersisa, menghasilkan sebuah periode penghancuran yang hebat. Sisa-sisa periode
ini bisa dilihat melalui banyaknya kawah-kawah tabrakan di
permukaan Bulan. Adapun dalam jangka waktu ini sebagian dari
protoplanet-protoplanet yang ada mungkin bertabrakan satu sama lain; kemungkinan besar
tabrakan seperti itulah yang melahirkan Bulan kita.
Ketika suatu planet mencapai massa tertentu,
materi-materi dengan massa jenis yang berlainan mulai saling memisahkan diri
dalam proses yang disebut diferensiasi
planet. Proses demikian bisa menghasilkan inti yang
berbatu-batu atau terdiri dari materi-materi logam, diliputi oleh lapisan
mantel dan lalu permukaan luar. Inti planet ini bisa terbagi menjadi
daerah-daerah yang padat dan cair, dan beberapa mampu menghasilkan medan magnet
mereka sendiri, sehingga planet dapat terlindungi dari angin surya.
Panas di bagian dalam sebuah planet atau bulan datang
dari benturan yang dihasilkan sendiri oleh planet/bulan tersebut, atau oleh
materi-materi radioaktif (misalnya uranium, torium, atau 26Al), atau pemanasan pasang surut. Beberapa planet dan
bulan berhasil mengumpulkan cukup panas untuk menjalankan proses-proses
geologis seperti vulkanisme
dan aktivitas-aktivitas tektonik. Apabila planet/bulan tersebut juga memiliki atmosfer,
maka erosi
pada permukaan (melalui angin atau air) juga dapat terjadi. Planet/bulan yang
lebih kecil dan tanpa pemanasan pasang surut akan menjadi dingin lebih cepat
dan kegiatan-kegiatan geologisnya akan berakhir, terkecuali pembentukan
kawah-kawah tabrakan.
Astronomi bintang
Nebula Semut. Gas yang dimuntahkan
dari bintang sekarat di tengahnya tidak biasa karena membentuk pola yang
simetris, bukan semrawut seperti ledakan pada umumnya.
Untuk memahami alam semesta, penelitian atas bintang-bintang
dan bagaimana mereka berevolusi
sangatlah fundamental. Astrofisika yang berkenaan dengan bintang sendiri bisa
diketahui baik lewat segi pengamatan maupun segi teoretis, serta juga melalui
simulasi komputer.
Bintang terbentuk pada awan-awan molekul raksasa,
yaitu daerah-daerah yang padat akan debu dan gas. Ketika kehilangan
kestabilannya, serpihan-serpihan dari awan-awan ini bisa runtuh di bawah gaya
gravitasi dan membentuk protobintang.
Apabila bagian intinya mencapai kepadatan dan suhu tertentu, fusi nuklir
akan dipicu dan akan terbentuklah sebuah bintang deret utama.
Nyaris semua unsur yang lebih berat dari hidrogen
dan helium
merupakan hasil dari proses
yang terjadi di dalam inti bintang-bintang.
Ciri-ciri yang akan dimiliki oleh suatu bintang secara
garis besar ditentukan oleh massa awalnya: semakin besar massanya, maka semakin
tinggi pula luminositasnya, dan semakin cepat pula ia akan menghabiskan bahan
bakar hidrogen pada inti. Lambat laun, bahan bakar hidrogen ini akan diubah
menjadi helium, dan bintang yang bersangkutan akan mulai berevolusi. Untuk
melakukan fusi helium, diperlukan suhu inti yang lebih tinggi, oleh sebab itu
intinya akan semakin padat dan ukuran bintang pun berlipat ganda — bintang ini
telah menjadi sebuah raksasa merah.
Fase raksasa merah ini relatif singkat, sampai bahan bakar heliumnya juga sudah
habis terpakai. Kalau bintang tersebut memiliki massa yang sangat besar, maka
akan dimulai fase-fase evolusi di mana ia semakin mengecil secara bertahap,
sebab terpaksa melakukan fusi nuklir terhadap unsur-unsur yang lebih berat.
Adapun nasib akhir sebuah bintang bergantung pula pada
massa. Jika massanya lebih dari sekitar delapan kali lipat Matahari kita, maka
gravitasi intinya akan runtuh dan menghasilkan sebuah supernova;[60]
jika tidak, akan menjadi nebula planet,
dan terus berevolusi menjadi sebuah katai putih.[61]
Yang tersisa setelah supernova meletus adalah sebuah bintang neutron yang sangat padat,
atau, apabila materi sisanya mencapai tiga kali lipat massa Matahari, lubang hitam. Bintang-bintang biner
yang saling berdekatan evolusinya bisa lebih rumit lagi, misalnya, bisa terjadi
pemindahan massa ke arah bintang rekannya yang dapat menyebabkan supernova.
Nebula-nebula planet dan supernova-supernova
diperlukan untuk proses distribusi logam di medium
antarbintang; kalau tidak demikian, seluruh bintang-bintang baru
(dan juga sistem-sistem planet mereka) hanya akan tersusun dari hidrogen dan
helium saja.
Astronomi galaksi
Tata Surya
kita beredar di dalam Bima Sakti,
sebuah galaksi
spiral berpalang di Grup Lokal. Ia merupakan salah
satu yang paling menonjol di kumpulan galaksi tersebut. Bima Sakti merotasi
materi-materi gas, debu, bintang, dan benda-benda lain, semuanya berkumpul
akibat tarikan gaya gravitasi bersama. Bumi sendiri terletak pada sebuah lengan
galaksi berdebu yang ada di bagian luar, sehingga banyak daerah-daerah Bima Sakti
yang tidak terlihat.
Pada pusat galaksi ialah bagian inti, semacam tonjolan
berbentuk seperti batang; diyakini bahwa terdapat sebuah lubang hitam supermasif di
bagian pusat ini. Bagian ini dikelilingi oleh empat lengan utama yang melingkar
dari tengah menuju arah luar, dan isinya kaya akan fenomena-fenomena
pembentukan bintang, sehingga memuat banyak bintang-bintang muda (metalisitas populasi I).
Cakram ini lalu diliputi oleh cincin galaksi yang berisi
bintang-bintang yang lebih tua (metalisitas populasi II)
dan juga gugusan-gugusan bintang berbentuk bola (globular),
yaitu semacam kumpulan-kumpulan bintang yang relatif lebih padat.
Daerah di antara bintang-bintang disebut medium
antarbintang, yaitu daerah dengan kandungan materi yang jarang —
bagian-bagiannya yang relatif terpadat adalah awan-awan molekul
berisi hidrogen
dan unsur lainnya, tempat di mana banyak bintang baru akan lahir. Awalnya akan
terbentuk sebuah inti pra-bintang atau nebula gelap yang merapat dan
kemudian runtuh (dalam volume yang ditentukan oleh panjang Jeans) untuk membangun
protobintang.
Ketika sudah banyak bintang besar yang muncul, mereka
akan mengubah awan molekul menjadi awan daerah H II, yaitu awan dengan
gas berpijar dan plasma. Pada akhirnya angin
serta ledakan supernova yang berasal dari bintang-bintang ini akan memencarkan
awan yang tersisa, biasanya menghasilkan sebuah (atau lebih dari satu) gugusan bintang terbuka yang baru.
Gugusan-gugusan ini lambat laun berpendar, dan bintang-bintangnya bergabung
dengan Bima Sakti.
Sejumlah penelitian kinematika berkenaan dengan
materi-materi di Bima Sakti (dan galaksi lainnya) menunjukkan bahwa
materi-materi yang tampak massanya kurang dari massa seluruh galaksi. Ini
menandakan terdapat apa yang disebut materi gelap
yang bertanggung jawab atas sebagian besar massa keseluruhan, tapi banyak hal
yang belum diketahui mengenai materi misterius ini.
Astronomi ekstragalaksi
Citra di atas menampilkan beberapa benda biru
berbentuk lingkaran; ini adalah gambar-gambar dari galaksi yang sama,
tergandakan oleh efek lensa gravitasional yang disebabkan oleh
gugusan galaksi-galaksi kuning pada bagian tengah foto. Efek lensa itu
dihasilkan medan gravitasi gugusan dan membelokkan cahaya sehingga gambar salah
satu benda yang lebih jauh diperbesar dan terdistorsi.
Penelitian benda-benda yang berada di luar galaksi
kita — astronomi ekstragalaksi — merupakan cabang yang mempelajari formasi dan evolusi galaksi-galaksi, morfologi dan klasifikasi
mereka, serta pengamatan atas galaksi-galaksi aktif beserta grup-grup dan gugusan-gugusan galaksi.
Ini, terutama yang disebutkan belakangan, penting untuk memahami struktur alam
semesta dalam skala besar.
Kebanyakan galaksi
akan membentuk wujud-wujud tertentu, sehingga pengklasifikasiannya bisa disusun
berdasarkan wujud-wujud tersebut. Biasanya, mereka dibagi-bagi menjadi galaksi-galaksi spiral, elips, dan tak beraturan.
Persis seperti namanya, galaksi elips berbentuk
seperti elips.
Bintang-bintang berputar pata garis edarnya secara acak tanpa menuju arah yang jelas. Galaksi-galaksi seperti
ini kandungan debu antarbintangnya sangat sedikit atau malah tidak ada; daerah
penghasil bintangnya tidak banyak; dan rata-rata penghuninya bintang-bintang
yang sudah tua. Biasanya galaksi elips ditemukan pada bagian inti gugusan
galaksi, dan bisa terlahir melalui peleburan galaksi-galaksi besar.
Galaksi spiral membentuk cakram gepeng yang berotasi,
biasanya dengan tonjolan atau batangan pada bagian tengah dan lengan-lengan
spiral cemerlang yang timbul dari bagian tersebut. Lengan-lengan ini ialah
lapangan berdebu tempat lahirnya bintang-bintang baru, dan penghuninya adalah
bintang-bintang muda yang bermassa besar dan berpijar biru. Umumnya, galaksi
spiral akan dikelilingi oleh cincin yang tersusun atas bintang-bintang yang
lebih tua. Contoh galaksi semacam ini adalah Bima Sakti
dan Andromeda.
Galaksi-galaksi tak beraturan bentuknya kacau dan
tidak menyerupai bangun tertentu seperti spiral atau elips. Kira-kira
seperempat dari galaksi-galaksi tergolong tak beraturan, barangkali disebabkan
oleh interaksi gravitasi.
Sebuah galaksi dikatakan aktif apabila memancarkan
jumlah energi yang signifikan dari sumber selain bintang-bintang, debu, atau
gas; juga, apabila sumber tenaganya berasal dari daerah padat di sekitar inti —
kemungkinan sebuah lubang hitam supermasif yang memancarkan radiasi benda-benda
yang ia telan.
Apabila sebuah galaksi aktif memiliki radiasi spektrum
radio
yang sangat terang serta memancarkan jalaran gas dalam jumlah besar, maka
galaksi tersebut tergolong galaksi radio. Contoh galaksi
seperti ini adalah galaksi-galaksi Seyfert, kuasar, dan blazar. Kuasar sekarang diyakini
sebagai benda yang paling dapat dipastikan sangat cemerlang; tidak pernah
ditemukan spesimen yang redup.
Struktur skala besar dari alam semesta sekarang
digambarkan sebagai kumpulan dari grup-grup dan gugusan-gugusan galaksi.
Struktur ini diklasifikasi lagi dalam sebuah hierarki pengelompokan; yang
terbesar adalah maha-gugusan (supercluster).
Kemudian kelompok-kelompok ini disusun menjadi filamen-filamen dan dinding-dinding
galaksi, dengan kehampaan di antara mereka.
Kosmologi
Kosmologi, berasal dari bahasa Yunani kosmos
(κόσμος, "dunia") dan akhiran -logia dari logos (λόγος,
"pembelajaran") dapat dipahami sebagai upaya meneliti alam semesta
secara keseluruhan.
Pengamatan atas struktur skala besar alam semesta,
yaitu cabang yang dikenal sebagai kosmologi fisik,
telah menyumbangkan pemahaman yang mendalam tentang formasi dan evolusi jagat
raya. Salah satu teori yang paling penting (dan sudah diterima luas) adalah
teori Dentuman
Besar, yang menyatakan bahwa dunia bermula pada satu titik
dan mengembang selama 13,7 milyar tahun sampai ke masa sekarang. Gagasan ini
bisa dilacak kembali pada penemuan radiasi latar belakang gelombang mikro kosmis
pada tahun 1965.
Selama proses pengembangan ini, alam telah mengalami
beberapa tingkat evolusi. Pada awalnya, diduga bahwa terdapat inflasi kosmik
yang sangat cepat, mengakibatkan homogenisasi pada kondisi-kondisi awal.
Setelah itu melalui nukleosintesis
dihasilkan ketersediaan unsur-unsur untuk periode awal alam semesta.[71]
(Lihat juga nukleokosmokronologi.)
Ketika atom-atom pertama bermunculan, antariksa
menjadi transparan terhadap radiasi, melepaskan energi yang sekarang dikenal
sebagai radiasi CMB. Alam semesta yang tengah mengembang pun memasuki Zaman
Kegelapan, sebab tidak ada sumber daya bintang yang bisa memancarkan cahaya.
Susunan materi yang hierarkis mulai terbentuk lewat
variasi-variasi kecil pada massa jenis. Materi lalu terhimpun pada daerah-daerah
dengan massa jenis yang paling tinggi, melahirkan awan-awan gas dan
bintang-bintang yang paling purba (metalisitas III).
Bintang-bintang besar ini memicu proses reionisasi dan dipercaya telah
menciptakan banyak unsur-unsur berat pada alam semesta dini; unsur-unsur ini
cenderung meluruh kembali menjadi unsur-unsur yang lebih ringan, memperpanjang
siklus.
Pengumpulan yang dipicu oleh gravitasi mengakibatkan
materi membentuk filamen-filamen dan menyisakan ruang-ruang hampa di antaranya.
Lambat laun, gas dan debu melebur dan membentuk galaksi-galaksi primitif.
Lama-kelamaan semakin banyak materi yang ditarik, dan tersusun menjadi grup dan
gugusan galaksi. Pada akhirnya, maha-gugusan yang lebih besar pun terwujud.
Benda-benda lain yang memegang peranan penting dalam
struktur alam semesta adalah materi gelap
dan energi gelap.
Benda-benda inilah yang ternyata merupakan komponen utama dunia kita, di mana
massa mereka mencapai 96% dari massa keseluruhan alam semesta. Oleh sebab itu,
upaya-upaya terus dibuat untuk meneliti dan memahami segi fisika benda-benda
ini.
Penelitian-penelitian interdisipliner
Astronomi dan astrofisika telah mengambangkan hubungan
yang kuat dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya. Misalnya arkeoastronomi, yang mempelajari
astronomi kuno atau tradisional dalam konteks budaya masing-masing
mempergunakan bukti-bukti arkeologis
dan antropologis.
Atau astrobiologi,
kali ini mempelajari kelahiran dan perkembangan sistem-sistem biologis di alam
semesta; terutama sekali pada topik kehidupan di planet lain.
Ada juga cabang yang meneliti zat-zat kimia
yang ditemukan di luar angkasa; bagaimana mereka terwujud, berperilaku, dan
terhancurkan. Ini dinamakan astrokimia.
Zat-zat yang hendak dipelajari biasanya ditemukan pada awan molekul,
walau ada juga yang terdapat di bintang bersuhu rendah, katai coklat,
atau planet. Lalu kosmokimia, ilmu serupa yang
lebih mengarah ke penelitian unsur-unsur dan variasi-variasi rasio isotop pada Tata Surya. Ilmu-ilmu ini
bisa menggambarkan persinggungan dari ilmu-ilmu astronomi dan kimia. Bahkan
sekarang ada astronomi forensik, di mana
metode-metode astronomi dipakai untuk memecahkan masalah-masalah hukum dan
sejarah.
Astronomi amatir
Astronom amatir bisa membangun peralatan mereka
sendiri dan menyelenggarakan pesta-pesta dan pertemuan astronomi, contohnya
komunitas Stellafane.
Sebagaimana disebutkan, astronomi ialah salah satu
dari sedikit cabang ilmu di mana tenaga amatir dapat berkontribusi banyak.
Secara keseluruhan, astronom-astronom amatir mengamati berbagai benda dan
fenomena angkasa, terkadang bahkan dengan peralatan yang mereka buat sendiri.
Yang jamak diamati yaitu Bulan, planet, bintang, komet, hujan meteor, dan benda-benda langit dalam seperti gugusan
bintang, galaksi, dan nebula. Salah satu cabang astronomi amatir adalah astrofotografi amatir, yang
melibatkan mengambilan foto-foto langit malam. Banyak yang memilih menjadi
astrofotografer yang berspesialis dalam obyek atau peristiwa tertentu.
Kebanyakan astronom amatir bekerja dalam astronomi
optikal, walau sebagian kecil ada juga yang mencoba bereksperimen dengan
panjang gelombang di luar cahaya tampak, misalnya dengan penyaring inframerah
pada teleskop biasa, atau penggunaan teleskop radio. Pelopor radio astronomi
amatir adalah Karl Jansky, yang memulai
kegiatan ini pada dekade 1930-an. Amatir jenis seperti Jansky ini memakai
teleskop buatan sendiri atau teleskop radio profesional yang sekarang sudah
boleh diakses oleh amatir seperti halnya Teleskop Satu Mil (One-Mile
Telescope).
Sumbangsih astronom amatir tidak sepele, sebab banyak
hal — seperti pengkuran okultasi guna mempertajam catatan garis edar
planet-planet kecil — bergantung pada pekerjaan astronomi amatir. Para amatir
dapat pula menemukan komet atau melakukan penelitian rutin atas bintang-bintang variabel.
Seiring dengan perkembangan teknologi digital, astrofotografi amatir juga
semakin efektif dan semakin giat memberikan sumbangan ilmu.[81][82][83]
Daftar persoalan astronomi yang belum
terpecahkan
Lihat pula: Daftar persoalan fisika yang belum terpecahkan
Meskipun sebagai ilmu pengetahuan astronomi telah
mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat pesat dan membuat terobosan-terobosan
yang sangat besar dalam upaya memahami alam semesta dan segala isinya, masih
ada beberapa pertanyaan penting yang belum bisa terjawab. Untuk memecahkan
permasalahan seperti ini, boleh jadi diperlukan pembangunan peralatan-peralatan
baru baik di permukaan Bumi maupun di antariksa. Selain itu, mungkin juga
diperlukan perkembangan baru dalam fisika teoretis dan eksperimental.
- Apakah asal-usul spektrum massa bintang? Maksudnya, mengapa astronom terus mengamati persebaran massa yang sama — yaitu, fungsi massa awal yang sama — walaupun keadaan awal terwujudnya bintang-bintang berbeda-beda? Diperlukan pemahaman yang lebih dalam akan pembentukan bintang dan planet.
- Adakah wujud kehidupan lain di alam semesta? Adakah wujud kehidupan cerdas lain di alam semesta? Kalau ada, apa jawaban dari paradoks Fermi? Apabila ada kehidupan lain di luar Bumi, implikasinya, baik ilmiah maupun filosofis, sangat penting. Apakah Tata Surya kita termasuk normal ataukah ternyata tidak biasa?
- Apa yang menyebabkan terbentuknya alam semesta? Apakah premis yang melandasi hipotesis "alam semesta yang tertala dengan baik" (fine-tuned universe) tepat? Apabila tepat, apakah ada semacam seleksi alam dalam skala kosmologis? Apa sebenarnya yang menyebabkan inflasi kosmik dini, sehingga alam menjadi homogen? Kenapa terdapat asimetri barion di alam semesta?
- Apa hakikat sebenarnya dari materi gelap dan energi gelap? Mereka telah mendominasi proses perkembangan dan, pada akhirnya, nasib dari jagat raya, tapi sifat-sifat mendasar mereka tetap belum dipahami. Apa yang akan terjadi di penghujung waktu?
- Bagaimana galaksi-galaksi pertama terbentuk? Bagaimana lubang-lubang hitam supermasif terbentuk?
- Apa yang menghasilkan sinar kosmik berenergi ultra-tinggi?
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Astronomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar